Jumat, 28 Maret 2014

SAMPAI KAPAN


Menurut Erich Fromm, segala sesuatu akan bergerak menuju kesempurnaannya. Kesempurnaan yang dimakksudkan adalah sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dengan melewati berbagai tantangan hingga saat ini masih dalam pemrosesan menuju, Entah sampai kapan Erich Fromm melihatnya sebagai suatu kecenderungan dengan berbagai tanda-tanda perubahan.
Spinoza seorang determinis, melihatnya sebagai salah satu pengingkaran kodrat. Segala sesuatu adalah sesuatu yang sedang bergerak (mengingkari) kodratnya. Segala sesuatu itu berasal dari Kodratnya, yang bergerak menjauhi asalnya seiring perjalanan waktu. Tentu kodrat itu juga adalah dasar dari segala sesuatu itu.
Begitu juga dengan Marx dan Freud juga pemikir determinis lainnya mengartikan bahwa tingkah laku manusia dibentuk dari implementasi rasa yang akhirnya manusia itu sendiri bertindak dan berlaku berdasarkan dorongan rasa yang ditimbulkan.
Ahli lainnya juga menyimpulkan bahwa dalam suatu proses yang panjang sebenarnya sedang terbentuk kodrat-kodrat yang teralienasi dalam diri objek tersebut. Kodrat itu sifatnya sementara dan gampang berubah akibat aktivitas manusia terhadap perubahan budaya dan lingkungan. Akan tetapi bahwa kodrat baru itu tidaklah permanent, dengan kata lain kodrat yang baru terbentuk ini selalu mengalami gejolak secara psikis, dan yang dirasakan oleh manusia bahwa sampai kapanpun tetap mencari dan bergerak menuju seuatu keodrak baru lagi yang mana ia sendiri sulit untuk memprediksikan.
Akibat dari ketidakpastian, keterpurukan manusia juga takan terelakan. Keterpurukan ini hanyalah keterbatasan manusia dalam berpikir dan berlaku. Manusia hanya mencari yang terbaik tanpa melihat keterbatasan. Di sini terdapat dua kemampuan yakni kemampuan berpikir dan kemampuan berbuat dan diharapkan agar keduanya ini berjalan sinergis, tidak ada yang saling mendahului.
Ketika manusia memiliki kemampuan berpikir melebihi kemampuan tingkah laku maka akan terjadi gejolak secara psikis yang mengganggu ketentraman psikis, yang akhirnya terjadinya kehilangan keseimbangan dalam hidup.
Akan tetapi bahwa kemampuan tingkah laku melebihi kemampuan berpikirnya maka manusia itu lebih mengutamakan kemampuan instingnya dan di sini manusia merasa lebih nyaman karena segala sesuatu yang dia buat melebihi keinginannya, sehingga merasa selalu bahagia, namun kebahagiaan ini sifatnya individual hanya untuk kepuasan sendiri dan akal budinya pun akan terkikis dan perlahan hilang. Ketika ada tantangan yang tidak sanggup ia hadapi akibat keterbatasan pemikiran misalnya perubahan iklim dan geografis maka makluk ini tidak akan bertahan hidup dan terancam punah. Mahkluk ini tidak beda jauh dengan seekor hewan atau manusia purba yang telah punah.
Dari aspek-aspek ini terimplisit bahwa tingkah laku manusia itu didorong oleh keinginan diri pribadi dan naluri sebagai sifat alami manusia. Kedua hal ini yang mendorong perkembangan tingkah laku manusia.
Tentunya insting/ naluri merupakan sifat alami manusia yang tidak begitu mempengaruhi perkembangan tingkah laku manusia namun itu tetap ada dan melekat pada setiap individu. Sedangkan dorongan rasa dan keingingan adalah factor yang sangat dominant dalam perkembangan tingkah laku manusia.
Sedikit kita melihat tentang rasa yang dialami oleh setiia individu ini, bahwa sesuatu yang dialami oleh setiap individu akan menimbulkan rasa. Penyebabnya adalah factor-faktor dari luar dan dalam diri individu itu sendiri. Dari luar tentunya adalah lingkungan dan dari dalam adalah kondisi tubuh dan pola pikir.
Tentu kita bertanya sampai dimana dan seperti apa perkembangan tingkah laku manusia nanti jadinya?
Hal ini individu itu sendiri sulit untuk memprediksikan seperti gambaran awal tadi. Tapi dan juga tentunya tingkah laku manusia itu akan tetap berkembang dan berevolusi. Kesimpulan sementara tingkah laku manusia akan terus berkembang dibarengi dengan perubahan-perubahan sampai pada titik yang tak berhinggah.
Dalam keterbatasan-keterbatasan manusia dituntut kesadaran penuh untuk lebih Optimis-kritis, bijaksana, realistis dan tekun dalam mempersiapkan diri untuk menerobos tantangan-tantangan yang akan dia hadapi. Tipe manusia seperti ini yang selalu merasa nyaman di tengah gejolak karena sudah mempersiapkan diri dengan matang. Akan tetapi tipe Individu yang tidak dengan kesadaran penuh, kurang bijaksana dan kurang kritis walau realistis akan selalu bertopeng optimisme dalam ketidaknyamanannya.