Senin, 13 Juni 2011

Peremajaan, Ikhtiar yang Terlupakan


Melintasi jalan-jalan di pedalaman Adonara Barat hingga Adonara Tengah, baik yang mulus maupun yang tidak, kita seringkali hanyut oleh rasa bangga. Betapa tidak. Di kiri kanan kita berjajar barisan tanaman yang subur.
Pohon-pohon kelapa, kopi, jambu mete, dan sejumlah tanaman lain. Pohon-pohom ini adalah satu di antara penghasilan yang menopang kehidupan di pulau ini. Waktu berjalan, dan lahan yang semula kosong pun mulai dipenuhi tanaman perdagangan ini. Dari satu tahun, dua tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, lantas tersentak tanya: bagaimana meremajakannya?
Peremajaan? Yah. Peremajaan seringkali adalah hal yang alami. Ketika rambut kita tua dan rontok, tumbuh yang baru untuk menggantikannya. Kuku manusia yang tua pun harus dipotong dan tumbuh kuku muda di belakangnya. Tetapi kadangkala, peremajaan mesti dengan sengaja dilakukan.
Dalam ilmu demografi tentang penduduk di suatu wilayah, kita kenal ada penduduk tua dan penduduk muda. Australia adalah salah satu negara dengan komposisi penduduk tua yang tinggi, sehinga pemerintah mati-matian mempromosikan peremajaan penduduk lewat kelahiran bayi-bayi baru dari pasangan menikah.
Kembali ke pedalaman Adonara, kita boleh bangga dengan pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Tetapi harus terpikirkan juga bagaimana meremajakannya. Tentu saja dengan menyadarkan penduduk petani, para pemilik tanaman itu. Dengan cara apa? Dengan mengkampanyekan lewat LSM? Mengusulkan pendampingan lewat penyuluh lapangan? Lewat jalur pemerintahan? Dengan meminjam tangan pendidik di sekolah? Yang  pasti, pikiran petani pun perlu diremajakan dengan sengaja, dengan pikiran baru bahwa tanaman pun perlu diremajakan. Yah, kemarin-kemarin, pernah ada catatan bahwa produksi tanaman perdagangan di Adonara menjadi menurun karena tiadanya peremajaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar